Wayang kulit merupakan seni pertunjukan yang sudah cukup tua umurnya. Seni pertunjukan wayang ini masih sering kita lihat dibeberapa daerah, misalnya saja di Yogyakarta, bali, Cirebon dan lainnya. Pertunjukan dilakukan dalam berbagai kegiatan, baik itu kegiatan upacara keagamaan, sebagai hiburan atau sebagai salah satu media pendidikan informal bagi masyarakat yang menontonnya.
Pertunjukan wayang kulit memadukan berbagai unsur seni rupa, sastra, gerak, dan suara, dalam pementasannya tidak saja menampilkan lakon-lakon literer yang diambil dari karya-karya sastra klasik terutama Mahabrata dan Ramayana, kesenian ini juga menyajikan petuah-petuah mengenai nilai-nilai moral, spiritual dan sosial sehingga masyarakat yang buta huruf akan memperoleh ajaran-ajaran, filsafat dan lainnya. Yang pada masa dahulu bagi penonton pertunjukan ini merupakan pedoman dan tuntunan bagi kehidupan mereka sehari-hari.
Wayang kulit bali terdiri dari dua jenis yaitu :
Wayang lemah
Wayang lemah biasanya dimainkan pada siang hari, dibeberapa tempat, wayang lemah juga dikenal dengan sebutan wayang Gedog. Wayang lemah ini biasa dimainkan dalam rangka upacara keagamaan (Hindu). Wayang ini dimainkan tanpa menggunakan layar atau kelir, dan lampu blencong. Dalam memainkan wayangnya, dalang menyandarkan wayang-wayang pada seutas benang putih(benang tukelan) sepanjang satu hingga satu setengah meter yang diikatkan pada batang kayu dap-dap dan dipancangkan pada batang pisang dikedua sisi dalang. Adapun gamelan pengiringnya yaitu gender wayang yang berslaras slendro (lima nada)
Wayang Peteng
Wayang peteng biasa dimainkan pada malam hari, wayang Peteng ini terdiri dari beberapa jenis yaitu : Wayang Parwa, Wayang Ramayana, Wayang Gambuh, wayang Calonarang, Wayang Cupak, Wayang Sasak, Wayang Arja dan Wayang Tantri.
sumber : I wayan, Seni pertunjukan Bali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar